yah satu kata yang akhir- akhir ini selalu ada diotak. abis dengerin ceritanya temen sekamar yang ngikutin pelatihan IELTS dikampus. test IELTS itu sebagai syarat kalo kita mau keluar negeri. 1 pertanyaan sih tapi cukup menohok. 'kamu nggak pengen ngelanjutin kuliah diluar sih? beasiswa banyak banget lho'. seketika itu pikiran saya menerawang. yap, sejak saat itulah aku mulai kembali memikirkan masa depan jangka panjangku.
melihat teman- teman yang antusias sekali pengen keluar negeri, sampai heran pada diri sendiri kenapa aku sendiri malah nggak minat mengikuti jejak mereka. ada teman yang abis lulus S1 mau langsung nerusin kuliah diaustralia, kanada, UK, amerika, dan kebanyakan australia sih.
yah, mungkin dibilang tak ambisius mungkin memang benar, lebih tepatnya 'nrimonan' *wong Jowo banget toh? :D*
banyak faktor yang menghalangi buat bermimpi setinggi itu. pertama, disekolahin sama Bapak sampai jenjang S1 aja itu udah bersyukur banget. terlebih masuk ke jurusan yang dibutuhin dimana- mana. aku inget kata- kata bapak waktu itu 'kamu udah skripsi, bentar lagi lulus..kamu mau ngelanjutin S2 atau mau kerja? maaf ya Bapak cuman bisa nyekolahin kamu sampai S1. kalau kamu mau nerusin S2 kamu cari duit sendiri ya, giliran Bapak ngurusin adikmu'..sesederhana itu impian beliau, ingin semua putrinya sarjana,meski beliau hanya petugas Esde yang gaji perbulannya cukup untuk makan. you know what juga, bapak telah merencanakan jauh- jauh hari ingin menjadikan anaknya sukses dengan bukti 'bapak akan pensiun waktu adikmu lulus SMA, saat itu kamu gantiin Bapak ya biayain adikmu kuliah. Bapak cuman bisa usaha sampai segitu, Bapak cuma bisa mendoakan semoga kamu menjadi orang sukses dan jangan sampai lupa pada keluarga.' yap, impian besar seorang ayah yang sudah beliau rancang jauh- jauh hari..
sejak saat itu, aku kembali menyederhanakan impianku untuk tidak memakai duit orang tua seandainya ingin kuliah di luar negeri.. seandainya memang aku benar- benar ingin meneruskan kuliah diluar negeri, biaya harus murni dari aku sendiri.
alasan keduaku, karena aku melihat kemampuanku sendiri..yap, sampai mau luluspun aku masih berpikir kalau aku salah jurusan :(
oke,itu CUKUP dalam bidang STUDI.
now, CUKUP dalam bidang EKONOMI. pernah ya, pengen gitu ngerasain gimana rasanya punya rumah mewah dikomplek perumahan real estate. dan untungnya Allah mengabulkan doaku. aku disuruh ngajar privat disuatu perumahan estate dan satu kesempatan disuruh mengajar private diperumahan yang sederhana. tak ku sia- siakan kesempatan itu untuk 'memuhasabahi' doaku sendiri. awalnya canggung harus ada dirumah sebesar itu, dengan perabotan mewah dimana- mana. tapi lama kelamaan terbiasa ada dirumah sebesar itu. suatu kali kebetulan dikasih kesempatan menikmati seluruh isi rumah *ketika itu jam ngelesi melewati batas sholat magrib, mau tak mau harus menumpang sholat dirumah tersebut*.. perbedaan yang keliatan jelas yang ditangkap oleh otak saya 'apakah tingkat kebahagiaan orang orang yang ada didalam rumah real estate juga lebih banyak ketimbang yg dirumah biasa saja?' yang jelas hasil dari muhasabah saya menyimpulkan
Allah memang selalu memberikan yang terbaik buat hambaNya. saya bahagia terlahir dari keluarga sederhana yang menghargai perjuangan hidup -kalo kita pengen sesuatu ya usaha- bahagia pula menempati rumah yang meski sederhana tapi tak pernah berhenti kunjungan dari saudara jauh. yap, rumah kami memang tak pernah sepi. setiap saudara baik yang dekat atau jauh kalo pulang ke Jawa pasti nginep dirumah kami meski mereka juga punya sodara lain diJawa. katanya 'kepenak'. bahagia itu dihati bukan dimateri. lebih baik rumah sederhana penuh dengan gelak tawa daripada rumah besar tapi tanpa tawa didalamnya.
Allah memang selalu memberikan yang terbaik buat hambaNya. saya bahagia terlahir dari keluarga sederhana yang menghargai perjuangan hidup -kalo kita pengen sesuatu ya usaha- bahagia pula menempati rumah yang meski sederhana tapi tak pernah berhenti kunjungan dari saudara jauh. yap, rumah kami memang tak pernah sepi. setiap saudara baik yang dekat atau jauh kalo pulang ke Jawa pasti nginep dirumah kami meski mereka juga punya sodara lain diJawa. katanya 'kepenak'. bahagia itu dihati bukan dimateri. lebih baik rumah sederhana penuh dengan gelak tawa daripada rumah besar tapi tanpa tawa didalamnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar