To :Ibu Asih Yuli
Assalamualaikum Wr. Wb.
Sebelum Ibu pergi/ pulang ke Semarang
aku akan kasih Ibu sesuatu tolong dijaga dengan baik ya bu. tapi haya
sebuah kerudung saja. cukup sampai segini saja pesan dari saya, apabila
Ibu diSemarang jangan lupa jaga kesehatan agar selalu sehat.
Wassalamualaikum Wr. Wb.
From : D******
Class : VII*
D******
Setelah seharian berada disekolah, akhirnya kami, mahasiswa praktikan resmi ditarik oleh pihak universitas. Itu berarti pula, hari esok kami tak lagi pergi ke sekolah tersebut. Setelah satu hari mengharu-biru disekolah, kamipun kembali ke kosan untuk bergantian berpamitan pada ibu kost.
Hari itu aku merencanakan pulang ke Semarang dengan menggunakan motor. Sembari menunggu mobil yang akan membawa barang- barang kami ke Semarang, aku sempatkan membuka bungkusan tersebut karena jujur terhitung sangat jarang sekali aku menerima hadiah semacam itu, karena pula aku tak terlalu suka untuk diberi hadiah barang. Perlahan demi perlahan saya buka bingkisan yang ternyata berisi sepucuk surat dan sebuah kerudung berwarna biru. *still dunno what the meaning of HIS sign*. Saya baca sekilas, saya pun teringat dengan saya yang kendati sudah memakai jilbab dari SMP tapi sampai kuliahpun masih suka untuk tidak memakai kerudung dengan berbagai macam alasan. *benar- benar makhluk macam apa ya saya ini?* saya mengapresiasi usaha gadis cilik itu. jauh dari itu, aku yakin dibalik semua ini ada sebuah rencana yang DIA siapkan untukku.
Ketika memasuki jalur alternatif Ambarawa menuju Semarang, Allah pun langsung mengabulkan doaku dengan sebuah nikmat bernama kecelakaan :)
menjalani beberapa pembedahan *pembukaan sarung tangan yang cukup ribet karena posisi jari manis yang sudah tidak pada tempatnya, terpaksa memakai gunting untuk membukanya*,
menikmati setiap air mata yang jatuh *merasakan 'nikmatnya' tangan berlumuran darah disiram alkohol, bahkan laki- laki misterius yang menolong saya tadi memilih untuk keluar klinik daripada melihat saya yang menjerit menahan kesakitan *
memaki betapa pengecutnya diri saya yang tak mau melihat kondisi tangan *yang ternyata bagian telunjuk harus dijahit PADA SAAT ITU JUGA, dan mendapati jari manis saya yang kemungkinannya patah*
pagi itu Magelang bercuaca cerah. Tak ada satupun awan menggumpal ketika kami, para guru praktikan PPL, berangkat ke sekolah. Pagi itu menjadi pagi yang cukup berat bagi kami karena kami harus melepas kebersamaan kami dengan seluruh warga SMPN 8 Magelang setelah 3 bulan melakukan Praktik Pengalaman Lapangan (PPL ) disekolah tersebut. Rasa sedih tak bisa kami tutupi dari wajah kami, namun kami pun tak memungkiri adanya rasa rindu bercampur bahagia untuk kembali ke rutinitas semula di Semarang.
Seperti biasa pula, aku, Asih Yulianti, mahasiswa praktikan mapel Bahasa Inggris, menyiapkan segalanya yang terbaik untuk hari itu. Aku tak ingin menyia- nyiakan kesempatan terakhir bertemu dengan seluruh warga Spenapan. Barang- barang selama 3 bulan hidup di Magelang pun sudah aku packing rapi. Dengan langkah gontai aku menuju kesekolah bersama teman- teman mahasiswa praktikan lainnya.
Seperti yang kami duga, murid- murid Spenapan sudah menunggu di depan pintu gerbang sekolah. Rupanya mereka sudah mendengar berita kepergian kami. Mereka menunggu didekat gerbang dengan tujuan untuk mengatakan pesan dan kesan pada masing- masing dari kami atau sekedar menyapa kami untuk pagi yang terakhir.
Ternyata akupun tak luput dari gerombolan mereka. Aku tak ingat pasti mereka berasal dari kelas mana. Saat itu aku hanya ingin menunjukkan muka tersenyum kepada mereka, sampai pada akhirnya ada seorang siswi perempuan yang mendekati, kemudian dia memberikan sebuah benda kecil berbungkus kertas kado. tanpa pikir panjang akupun langsung memasukkan benda itu kedalam tas.
Setelah seharian berada disekolah, akhirnya kami, mahasiswa praktikan resmi ditarik oleh pihak universitas. Itu berarti pula, hari esok kami tak lagi pergi ke sekolah tersebut. Setelah satu hari mengharu-biru disekolah, kamipun kembali ke kosan untuk bergantian berpamitan pada ibu kost.
Hari itu aku merencanakan pulang ke Semarang dengan menggunakan motor. Sembari menunggu mobil yang akan membawa barang- barang kami ke Semarang, aku sempatkan membuka bungkusan tersebut karena jujur terhitung sangat jarang sekali aku menerima hadiah semacam itu, karena pula aku tak terlalu suka untuk diberi hadiah barang. Perlahan demi perlahan saya buka bingkisan yang ternyata berisi sepucuk surat dan sebuah kerudung berwarna biru. *still dunno what the meaning of HIS sign*. Saya baca sekilas, saya pun teringat dengan saya yang kendati sudah memakai jilbab dari SMP tapi sampai kuliahpun masih suka untuk tidak memakai kerudung dengan berbagai macam alasan. *benar- benar makhluk macam apa ya saya ini?* saya mengapresiasi usaha gadis cilik itu. jauh dari itu, aku yakin dibalik semua ini ada sebuah rencana yang DIA siapkan untukku.
Siang itu matahari terasa teriknya. Satu persatu teman- teman sudah mulai melakukan perjalanan pulang ke Semarang. Sementara itu, aku masih mencoba mem-packing barang- barang yang belum terbawa oleh mobil. Akhirnya aku putuskan untuk berangkat sendirian ke Semarang dan menyuruh teman- teman untuk pergi terlebih dahulu. Berbekal dengan jam terbang perjalanan naik motor sendirian yang cukup tinggi (Kebumen - Semarang) akhirnya aku berhasil meyakinkan teman- teman bahwa aku akan baik- baik saja sampai Semarang.
Tak ada firasat apapun saat hari itu. Aku memang lebih suka dengan perjalanan sendirian . Bukan karena aku tak butuh partner dalam perjalanan. Tapi aku menikmati saat- saat aku harus sendiri dengan memanfaatkan waktu perjalanan untuk berbicara dengan diriku sendiri.
dan benar saja, saat itu ternyata aku dan diriku memilih sebuah tema perbincangan KEMATIAN.
"hidup itu seperti sebuah perjalanan. sebuah perjalanan tentu saja mempunyai satu tujuan. lalu, apakah kamu sudah benar- benar paham dimana lokasimu sekarang dan sedang 'berjalan' menuju kemana? apakah kamu juga sudah benar- benar melakukan segenap usaha untuk menuju tujuanmu itu? kamu sudah dewasa, kamu pun tahu dan juga menginginkan seburuk- buruknya manusia kelak dia pun menginginkan pulang ke tempat asal dalam keadaan baik. kamu sekarang lihat dirimu sendiri. apa yang akan kamu lakukan ketika ternyata waktu pemanggilanmu itu ketika kamu bukan dalam keadaan baik? kamu sadar kamu sudah berada dalam keadaan baik *berjilbab* sejak kamu SMP. tapi kenapa tiba- tiba akhir- akhir ini kamu tak memakainya? ego masa mudamu rupanya sedang merayumu."
Tak ada firasat apapun saat hari itu. Aku memang lebih suka dengan perjalanan sendirian . Bukan karena aku tak butuh partner dalam perjalanan. Tapi aku menikmati saat- saat aku harus sendiri dengan memanfaatkan waktu perjalanan untuk berbicara dengan diriku sendiri.
dan benar saja, saat itu ternyata aku dan diriku memilih sebuah tema perbincangan KEMATIAN.
"hidup itu seperti sebuah perjalanan. sebuah perjalanan tentu saja mempunyai satu tujuan. lalu, apakah kamu sudah benar- benar paham dimana lokasimu sekarang dan sedang 'berjalan' menuju kemana? apakah kamu juga sudah benar- benar melakukan segenap usaha untuk menuju tujuanmu itu? kamu sudah dewasa, kamu pun tahu dan juga menginginkan seburuk- buruknya manusia kelak dia pun menginginkan pulang ke tempat asal dalam keadaan baik. kamu sekarang lihat dirimu sendiri. apa yang akan kamu lakukan ketika ternyata waktu pemanggilanmu itu ketika kamu bukan dalam keadaan baik? kamu sadar kamu sudah berada dalam keadaan baik *berjilbab* sejak kamu SMP. tapi kenapa tiba- tiba akhir- akhir ini kamu tak memakainya? ego masa mudamu rupanya sedang merayumu."
Ada kegelisahan dalam hati ini tapi jujur aku suka. Karena dengan kegelisahan itu akan membuatku terus mencari, mencari dan mencari. sementara motorku masih melaju memasuki kota Ambarawa, aku dan diriku masih saja berdebat untuk sebuah kata itu.
Ketika memasuki jalur alternatif Ambarawa menuju Semarang, Allah pun langsung mengabulkan doaku dengan sebuah nikmat bernama kecelakaan :)
Ketika itu jalan ramai sekali, sudah hal yang umum jika jalan alternatif menjadi favorit para pengguna jalan. Aku tetap melaju dengan kecepatan rata- rataku. Sampai tiba di sebuah tanjakan yang cukup tinggi dan panjang. Posisiku saat itu ada persis di belakang mobil sedan. Aku terus mencoba mengurangi dan menambah gigi saat ditanjakan. Tiba- tiba mobil itu mengerem mendadak saat ada ditanjakan paling tinggi. Aku kehilangan keseimbangan. Aku putuskan untuk membelokkan motorku *lebih tepatnya membanting* tubuh dan motor ke arah kiri. karena aku pikir akan membahayakan pengguna jalan lainnya jika aku membanting motor ke kanan. Aku pun akhirnya jatuh tertimpa motorku sendiri. Saat tersadar aku hanya tau ada yang tak beres dengan tanganku. Jari manis tangan kananku sudah tidak pada tempatnya, sarung tangan yang aku pakai pada saat itu pun berlumuran darah. Posisi tangan pada saat itu masih memegang setang motor. Aku sama sekali tak memperhatikan barang bawaanku saat itu. Kondisi benar- benar diluar kemampuanku. Aku hanya ingat saat itu aku langsung dibawa kedalam mobil yang ngerem mendadak tadi, lalu ada dua orang laki- laki yang *sayapun tak tahu siapa dia* akan menolongku mengurus barang- barang ditempat kecelakaan beserta motorku.
setelah,
menjalani beberapa perjalanan *ke poliklinik di pabrik yang notabene itu pabrik textil terbesar di Asia*,
menjalani beberapa pembedahan *pembukaan sarung tangan yang cukup ribet karena posisi jari manis yang sudah tidak pada tempatnya, terpaksa memakai gunting untuk membukanya*,
menikmati setiap air mata yang jatuh *merasakan 'nikmatnya' tangan berlumuran darah disiram alkohol, bahkan laki- laki misterius yang menolong saya tadi memilih untuk keluar klinik daripada melihat saya yang menjerit menahan kesakitan *
memaki betapa pengecutnya diri saya yang tak mau melihat kondisi tangan *yang ternyata bagian telunjuk harus dijahit PADA SAAT ITU JUGA, dan mendapati jari manis saya yang kemungkinannya patah*
akhirnya..
aku berada di ruang UGD RSUD Ungaran. setelah itu aku ditarik kesana kemari, dibawa kesana kemari diatas tempat tidur dorong *entahlah apa itu namanya*, entah pula untuk tujuan apa dan untuk dibawa kemana yang jelas aku hanya ingin menutup kedua mataku. Keletihan belum berujung pada saat itu, aku masih diperintah untuk naik turun tempat tidur dorong, dan yang paling menyakitkan, you know what???meluruskan kembali tulang jari saya yang bengkok!!!! jangan tanya betapa sakitnya, cukup rasakan nikmatnya..
Setelah menjalani pemeriksaan di ruang rontgen, aku kembali dibawa ke UGD. Satu persatu teman- teman hadir di ruang UGD. yag paling awal ada si dewi, teman sekamar saya. lalu diikuti teman kost, teman PPL, teman- teman EGP. Ketika teman- teman datang, aku pun tak kuasa mengeluarkan air mata. Mereka bilang semuanya kata- kata yang bisa menegarkanku. Masih teringat ada yang bilang 'kamu harus kuat sih, kamu naik gunung aja kuat.. cepet sembuh yah nanti naik gunung lagi'. Yap, memang benar kata- kata ketika kita diatas teman- teman akan mengenalmu tetapi kita ada dibawah kita akan mengenal siapa- siapa saja sahabat kita.
Ternyata Allah masih mau mencoba, ketika aku dilambungkan oleh motivasi teman- teman yang datang aku kembali dijatuhkan oleh vonis dokter lewat selembar kertas hasil rontgen yang menyatakan bahwa JARI MANIS SAYA BENAR- BENAR PATAH dan aku tidak diperbolehkan pulang. Aku harus diopname untuk menunggu operasi. pikiran saya kacau, semula aku tak ingin mengabarkan berita kecelakaan ini pada keluarga dirumah api karena harus opname dan operasi mau tak mau pihak keluarga harus tahu karena mereka lah yang berkuasa atas diriku . Akhirnya aku menyerahkan segala urusan rumah sakit kepada Dewi, dewi pula yang menelpon bapak ibu dirumah. and you know what??? itulah saat- saat aku merasa sangat berdosa pada wanita cantik disana, mamaku. Karena ternyata orang rumah pertama yang menerima telpon kecelakaanku adalah mama. *sejak kesukaanku naik gunung dan tak pernah bilang pada orang tua, sejak saat itu pula aku berjanji untuk menjaga diriku sendiri dan berjanji untuk tak membuat mama menangis hanya karena mengkhawatirkanku*.. Dan saat itu aku kembali membuat orang yang paling aku cintai itu mengeluarkan air matanya, beliau menangis :(..How d*mn I am..
singkat cerita..
-pemilik mobil yang ngerem mendadak ternyata seorang kiai *entah lebih tepatnya menyebut apa* dia memberiku wejangan tentang arti kehidupan, cobaan da musibah,
-teman-teman berdatangan ke kamarku menginap mulai dari anak kost Sasana Putri, teman2 PPL, teman2 EGP, teman2 dari jurusan Bahasa Inggris,
-bapak bersama paklik2ku menyusulku ke Semarang,
-berbagai macam selang infus dan berbagai macam jarum menusuk entah berapa kali menusuk kulit. Belum lagi ketika aku tahu dokter yang menanganiku memutuskan untuk memasukkan obat lewat suntikan, total sehari paling tidak aku harus menerima 9 jarum suntik
-tanganku harus menerima sekitar 14 jahitan ditelunjuk dan patah dijari manis yang membuatku harus memakai gips dan menggendongnya,
-Setelah sehari semalam menginap, pihak keluarga akhirnya lebih memilih membawaku pulang untuk dirawat di Kebumen saja karena pertimbangan waktu *segera setelah ini aku harus ke Brebes* dan juga pertimbangan tak ada yang menemaniku disini, mama pun ingin cepat- cepat melihat kondisiku. mama berpesan pada bapak untuk segera membawaku pulang apapun itu keputusan Rumah sakit.
-teman-teman berdatangan ke kamarku menginap mulai dari anak kost Sasana Putri, teman2 PPL, teman2 EGP, teman2 dari jurusan Bahasa Inggris,
-bapak bersama paklik2ku menyusulku ke Semarang,
-berbagai macam selang infus dan berbagai macam jarum menusuk entah berapa kali menusuk kulit. Belum lagi ketika aku tahu dokter yang menanganiku memutuskan untuk memasukkan obat lewat suntikan, total sehari paling tidak aku harus menerima 9 jarum suntik
-tanganku harus menerima sekitar 14 jahitan ditelunjuk dan patah dijari manis yang membuatku harus memakai gips dan menggendongnya,
-Setelah sehari semalam menginap, pihak keluarga akhirnya lebih memilih membawaku pulang untuk dirawat di Kebumen saja karena pertimbangan waktu *segera setelah ini aku harus ke Brebes* dan juga pertimbangan tak ada yang menemaniku disini, mama pun ingin cepat- cepat melihat kondisiku. mama berpesan pada bapak untuk segera membawaku pulang apapun itu keputusan Rumah sakit.
singkat cerita pula *pasca kecelakaan*
- sehari setelah aku tiba di Kebumen, aku harus kembali ke Semarang, dan kemudian melanjutkan perjalanan ke Brebes untuk mengikuti KKN didaerah tersebut. terkesan sangat membuat lelah bukan? tapi memang sudah seharusnya seperti itu..
- aku tak menjalani masa operasi, aku berobat pada 'sangkal putung'. jangan tanya lagi bagaimana sakitnya..aku hanya ingin menggambarkan rasanya lewat kata- kata dari dokter yang menanganiku 'pilihan ada sama kamu, kalau operasi kamu dibius agar sakitmu tak terasa , tapi kalo kamu memutuskan untuk sangkal putung kamu tidak dibius, tulang jarimu itu 'dibenerin'.
- ndak bisa nulis, ndak bisa naik motor, mandi makan mencuci baju dengan tangan kiri, selama 2 bulan pula bertayamum (tangan kananku istirahat total, kurang lebih selama 2
bulan pasca kecelakaan aku hanya bisa menggunakan tangan kiri untuk
melakukan segala aktifitas)
-setiap hari menangis, tapi menangis bahagia..you know what, rasanya itu beda banget..menangis karena begitu sayangnya DIA padaku,
- kembali mengaji dari awal, memperbaiki sholat dan memperbaiki tingkah laku..
- pensiun sementara dari naik gunung dan naik motor
- pensiun sementara dari naik gunung dan naik motor
- senyum, ya hanya itu yang bisa saya lakukan..
setahun pun sudah berlalu..
kini, dengan segala doa dan usaha, aku sudah bisa menggunakan tangan kananku kembali, meski tak sesempurna dahulu.. meski tak seindah dahulu.. syarafnya sudah mulai menyatu kembali meski tak bisa ditekuk atau untuk menggenggam..
dan setidaknya aku harus tahu bagaimana caranya berterima kasih pada kesempatan kedua ini..
kini, aku kembali ingin berusaha untuk menggapai setiap puncak- puncak tanah tertinggiMU dengan mantap menggunakan jilbab..
semoga bisa istiqomah.. AMIN..
mumpung masih ada waktu, mumpung masih diberi kesempatan kedua, mumpung belum dipanggil..
terimakasih untuk surat darimu, dek.. terimakasih untuk jilbab biru itu..:)
doaku hari ini, Allah semoga aku masih diberi kesempatan waktu untuk kembali menjejakkan kakiku disana, berfoto dipuncak sambil menggunakan jilbab..di sana, di tempat kesukaanku, tempat terdamai bagiku, Lembah Mandalawangi, Gunung Pangrango. AMIN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar